Menentukan Skala, Jarak Sebenarnya dan Jarak pada
Gambar
Menentukan
Skala Peta/Denah
Penggunaan
perbandingan salah satunya untuk menentukan skala. Salah satu cara menentukan
skala yaitu dengan menyederhanakan pecahan.
Perhatikan
contoh di bawah ini!
Kota A dan
kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Skala peta dapat
ditentukan sebagai berikut.
Skala =
Jarak pada peta : Jarak sebenarnya
= 20
cm
: 50 km
= 1250.000
Keterangan
20 cm : 5.000.000 cm dapat dicari dengan mencari perbandingan
paling
sederhana
yaitu dengan mencari FPB dari 20 dan 5.000.000.
FPB dari 20 dan 5.000.000 adalah 20, maka 20 : 20 = 1
dan 5.000.000 : 20 = 250.000
Jadi, skala
peta 1 : 250.000, artinya setiap 1 cm pada peta mewakili 250.000 cm = 2,5 km
pada jarak sebenarnya.
Menentukan
Jarak Sebenarnya
Apabila
skala dan jarak pada peta diketahui dan kita diminta untuk menentukan jarak
sebenarnya maka rumus yang digunakan adalah :
Jarak
sebenarnya = jarak pada peta X skala
Perhatikan
contoh soal dibawah ini :
1.
Jarak kota A
– kota B pada peta adalah 4 cm
Skala peta 1
: 250.000
Tentukanlah
jarak sebenarnya dari kota A ke kota B !
Jarak
sebenarnya = jarak pada peta X skala
= 4 cm
X 250.000
= 1000.000 cm
= 10 km
Keterangan : Jarak antar kota umumnya
menggunakan satuan km.
Cara mengubah satuan cm
ke km yaitu dengan menggunakan satuan
ukuran
panjang (km-hm-dam-m-dm-cm-mm).
2.
Denah sawah
Pak Majid seperti gambar di bawah ini !
12 cm
|
|
14 cm
Skala
1 : 800
Tentukanlah
luas sawah pak Majid !
Langkah-langkah
penyelesaiaannya :
- menentukan
panjang sebenarnya
Panjang sebenarnya = panjang gambar X skala
= 14 cm
X 800
=
11.200 cm
= 112 m
- -
Menentukan
lebar sebenarnya = lebar gambar X skala
= 12 cm X 800
= 9.600 cm
= 96 m
- -
Setelah
panjang dan lebar sebenarnya diketahui barulah menentukan luas sebenarnya
sesuai dengan bentuk bangunnya. Karena sawah Pak
Majid berbentuk persegi panjang maka kita gunakan rumus mencari luas persegi
panjang, dan ukuran yang digunakan adalah ukuran panjang dan lebar sebenarnya
yaitu :
Luas = panjang X lebar
=
112 m X 96 m
=
10.752 meter persegi
Menentukan
panjang pada gambar
Apabila
skala dan jarak sebenarnya diketahui dan kita diminta untuk menentukan jarak
pada gambar maka rumus yang digunakan adalah = jarak sebenarnya : skala
Perhatikan
soal berikut !
Contoh soal
: Jarak Jakarta – Bogor adalah 60 km dan skala gambar 1 : 1.000.000, berapa cm
jarak Jakarta – Bogor pada sebuah peta ?
Penyelesaian
Jarak pada
gambar = jarak
sebenarnya : skala
= 60 km
: 1.000.000
= 6.000.000 cm : 1.000.000
= 6 cm
Jadi jarak
Jakarta – Bogor pada peta adalah 6 cm
Catatan : 60
km harus diubah dulu menjadi cm. 60 km = 6.000.000 cm.
1.Membandingkan
dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan Contoh:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya 50 cm. Tentukan skala petanya!
Jawab:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya 50 cm. Tentukan skala petanya!
Jawab:
Skala peta
tersebut =
|
|
= 40.000
|
Sehingga
skala petanya = 1 : 40.000. Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama
dan telah diketahui skalanya.
Contoh:
Contoh:
-
|
Ukur jarak
2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu.
Peta I = jarak A – B = 20 cm Peta II = jarak A – B = 4 cm |
|
-
|
Pada peta
I jarak A – B dilapangan:
= 2 x 50.000 cm = 100.000 cm |
|
-
|
Pada peta I jarak AB
x cm 20 x x |
= 20x
= 20x cm = 200.000 cm = 10.000 cm |
Jadi skala
peta I = 1 : 10.000
|
Dari
penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai
berikut: J1 = Jarak yang sudah
diketahui skalanya
J2 = Jarak yang belum diketahui skalanya
P1 = Penyebut skala peta yang sudah diketahui
P2 = Penyebut skala peta yang dicari Bila data-data soal di atas dimasukkan ke rumus diperoleh:
Jadi skala petanya = 1 : 10.000 2.Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya. Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000 3.Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan. Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya.
Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis lintang = 111 km dan 10= 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta x = 50 cm
Selisih garis lintangnya = 30 detik
Berapa skala peta x?
Penyelesaian:
J2 = Jarak yang belum diketahui skalanya
P1 = Penyebut skala peta yang sudah diketahui
P2 = Penyebut skala peta yang dicari Bila data-data soal di atas dimasukkan ke rumus diperoleh:
Jadi skala petanya = 1 : 10.000 2.Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya. Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000 3.Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan. Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya.
Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis lintang = 111 km dan 10= 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta x = 50 cm
Selisih garis lintangnya = 30 detik
Berapa skala peta x?
Penyelesaian:
30 detik
|
=
|
|
x 111 km =
55,5 km = 5.550.000 cm
|
50 cm di
peta x
|
=
|
5.550.000
cm di lapangan
|
|
Skala di
peta x
|
=
|
50 :
5.550.000
|
|
Jadi skala
peta
|
=
|
1 :
1.110.000
|
4.Pada peta
Topografi (peta Kontur) di Indonesia berlaku rumus: CI (Contour Interval)
adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan dalam meter.
Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu
garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian
yang sama dari permukaan air laut.
Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya?
Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya?
Jawab: CI
=
|
|
x 100.000
= 50 meter
|
Kembali ke
contoh peta kontur yang belum ada skalanya!
Contoh:
Suatu peta kontur dengan Ci = 50 meter
Berapakah skala peta tersebut!
Jawab:
Contoh:
Suatu peta kontur dengan Ci = 50 meter
Berapakah skala peta tersebut!
Jawab:
Ci =
|
50 m
|
|
50 =
|
|
x Penyebut
skala
|
Jadi
penyebut skala = 100.000, ini berarti skala peta kontur tersebut 1 : 100.000
Apabila
Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok,
lakukanlah hal-hal berikut:
|
|
a.
|
Gunakan seutas
benang yang agak besar (misal: benang kasur)
|
b.
|
Berilah
tanda pada peta di bagian yang diukur.
|
c.
|
Ukurlah
dengan benang yang sudah dipersiapkan.
|
d.
|
Tekuklah
benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang berbelok,benang
juga harus ikut dibelokkan.
|
e.
|
Jarak yang
diukur pada peta misalnya 50 cm (antara kota A dengan kota B).
|
f.
|
Sesuaikan
dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000,
maka jarak antara kota A dan B dilapangan = 50 cm x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km. |
PetaAdalah
gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil
dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan serta simbol sebagai
keterangan. Oleh karena merupakan gambaran konvensional, maka peta
menggambarkan semua kenampakan yang ada di permukaan bumi, antara lain gunung,
danau, sungai, laut, dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya
dilukiskan atau digambarkan dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai.
Media penggambaran permukaan bumi selain pada peta juga sering kita temukan
pada bidang lengkung/bola yang sering disebut dengan globe.
Perbedaan yan mendasar antara peta dengan globe adalah :
1. Bidang
yang digunakan, Peta menggunakan bidang datar sedangkan Globe
menggunakan bidang bola
2. Daerah
yang tergambar, pada peta wilayah yang digambarkan dapat berupa
seluruh maupun hanya sebagian kecil wilayah di permukaan bumi sedangkan pada
globe wilayah yang tergambar adalah seluruh wilayah di permukaan bumi.
Ilmu
yang mempelajari tentang peta adalah Kartografi,
sedangkan orang yang ahli dalam bidang pembuatan peta disebut kartograf.
Manusia
telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada waktu itu peta
masih digambar pada lempengan tanah liat yang kemudian dibakar, tidak pada
kertas seperti zaman sekarang. Contoh peta pada lempengan tanah liat adalah
peta-peta yang dibuat oleh bangsa Babilonia, Mesir dan Cina yang saat ini
disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat
Beberapa
definisi peta menurut para ahli adalah sebagi berikut :
1.
Menurut ICA (International Cartographic Association)
Peta
adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih
dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
2.
Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta
merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang
datar melalui sistem proyeksi tertentu.
3.
Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta
adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti
ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan
ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
4.
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
Peta
merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada
tahapan dan tingkatan pembangunan.
Fungsi dan Tujuan
Pembuatan Peta
Fungsi Pembuatan Peta
Peta
mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
·
menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu
tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi,
Dengan
membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah yang kita
lihat, misal :
1.
Propinsi Jawa
Barat terletak di antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Banten
2.
Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) terletak di antara propinsi Nusat Tenggara Barat (NTB) dan
negara Timor Leste
·
memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk
permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat
terlihat dalam peta,
——————————————————————–
·
menyajikan data tentang potensi suatu daerah, misalnya
:
————————————————————————————–
————————————————————————————–
————————————————————————————–
·
memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat
diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
Tujuan Pembuatan Peta
Tujuan
pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
·
membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi
jalan, navigasi, atau perencanaan,
·
analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
·
menyimpan informasi,
·
membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain
jalan, dan
·
komunikasi informasi ruang.
Jenis-jenis Peta
Secara
umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :
1. Berdasarkan Sumber
Datanya
a. Peta Induk (Basic Map)
Peta
induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk
ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga
dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang
dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
b. Peta Turunan (Derived Map)
Peta
turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada,
sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak
bisa digunakan sebagai peta dasar.
2. Berdasarkan Isi Data
yang Disajikan
a. Peta Umum
Peta
umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi,
baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief
permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.
1).
Peta topografi
peta
yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief
permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur
adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
ketinggian yang sama.
2).
Peta chorografi,
peta
yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan
biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.
3).
Peta dunia
peta
umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
b. Peta Tematik
Peta
tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus.
Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta
kepadatan penduduk, dan sebagainya.
3. Berdasarkan Skalanya
a. Peta Kadaster/Peta
Teknik
Peta
Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta
kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis,
misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya.
b. Peta Skala Besar
Peta
Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000.
Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.
c. Peta Skala Sedang
Peta
Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta
Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
e. Peta Geografi/Peta
Dunia
Peta
Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
4. Berdasarkan
Bentuknya
a. Peta Stasioner
Peta
Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif
tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah
b. Peta Dinamis
Peta
Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu
berubah (dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban
bencana alam, peta jaringan komunikasi.
5. Berdasar Tujuannya
a. Peta Pendidikan
(Educational Map)
Contohnya:
peta lokasi sekolah SLTP/SMU.
b. Peta Ilmu
Pengetahuan.
Contohnya:
peta arah angin, peta penduduk.
c. Peta Informasi Umum
(General Information Map)
Contohnya:
peta pusat perbelanjaan.
d. Peta Turis (Tourism
Map)
Contohnya:
peta museum, peta rute bus.
e. Peta Navigasi
Contohnya:
peta penerbangan, peta pelayaran.
f. Peta Aplikasi
(Technical Application Map)
Contohnya:
peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
g. Peta Perencanaan
(Planning Map)
Contohnya:
peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.
Peta
merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan
fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam
komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam
membaca/menggunakan peta. Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum
banyak ditemukan pada peta misalnya adalah :
1.
Judul Peta
Judul
peta merupakan nama suatu daerah yang digambar. Judul mencerminkan isi
dan tipe peta . Penulisan judul peta hendaknya menggunakan huruf cetak tegak,
semua menggunakan huruf besar dan simetris
2.
Skala Peta
Skala
adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak
sebenarnya dipermukaan bumi
3.
Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah
Petunjuk
arah adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan
atau arah daerah yang digambar
4.
Simbol Peta
Simbol
peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi
yang terdapat pada peta kenampakannya,
5. Warna
Peta
Pada
peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi
6.
Tipe Huruf (Lettering)
Penggambar
uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Setiap nama
simbol menggunakan huruf-huruf standar sebagai berikut.
7. Gratikul
(Posisi Geografis)
Posisi
gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk
menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah
8. Inset
Inset
adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam
peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar suatu wilayah yang tidak tergamabr
pada peta, sehubungan dengan terbatasnya media gambar.
9.
Garis Tepi
Garis
tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk
membatasi ruang peta.
10. Legenda
Legenda
adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah
dimengerti oleh pembaca.
11.
Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber
dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk
kebenaran peta yang dibuat.
Komponen Peta :
Petunjuk Arah
Komponen
petunjuk arah sering juga disebut dengan mata angin, dan orientasi.
Petunjuk
arah sebagai salah satu komponen kelengkapan pada peta merupakan komponen yang
harus ada dalam sebuah peta. Sesuai dengan namanya, fungsi penunjuk arah
memberikan informasi arah utara, timur, selatan, barat dan atau arah daerah
yang digambar.
Arah
yang biasa kita kenal dan kita gunakan biasanya adalah delapan (8) arah mata
angin yaitu Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat,
Barat Laut.
Penempatan
komponen petunjuk arah dapat ditempatkan bebas, tetapi biasanya ditempatkan di
bagian atas peta utama. Informasi arah tidak harus ditampilkan seluruhnya, bisa
hanya satu arah saja misalnya arah utara.
Desain/bentuk
petunjuk arah dapat digambar secara bebas, hal ini merupakan kebebasan dari
pembuat peta. Beberapa contoh petunjuk arah yang biasa kita temui misalnya
sebagai berikut.
Kompenen Peta : Simbol
dan Legenda
Simbol peta
adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang
terdapat pada peta kenampakannya. Dalam penggambarannya simbol ditempatkan
sesuai pada lokasi kenampakan pada peta utama dan penjelasan/keterangannya
ditempatkan pada legenda.
Agar
dapat dibaca oleh pengguna maka sebaiknya simbol dibuat :
1. Sederhana
2. Mewakili
obyek aslinya, jika memungkinkan dibuat mirip/sama dengan obyek aslinya
tersebut
Berdasarkan
kenampakan lingkungannya simbol dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1.
Simbol budaya,
adalah
simbol yang mewakili kenampakan budaya, misalnya jalan, rel, kota dan lain-lain
2.
Simbol alam,
adalah
simbol yang mewakili kenampakan alam, misalnya sungai, gunung, danau dan
lainnya
Berdasarkan
bentuknya simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1.
Simbol Garis
Digunakan
untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak, contoh : sungai,
jalan, rel dan batas wilayah
2.
Simbol Titik
Simbol
titik digunakan untuk mewakili tempat, contoh : kota, gunung dan objek-onjek
penting lainnya
3.
Simbol Area
Digunakan
untuk mewakili suatu luasan tertentu, contoh : danau, rawa, gurun dan
hutan
Berdasarkan
Wujudnya, simbol dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.
Simbol Piktorial
adalah
simbol yang berupa gambar yang mirip dengan yang sebenarnya
2.
Simbol Abstrak
adalah
simbol yang berupa gambar yang tidak mirip dengan yang sebenarnya
3.
Simbol Huruf / Angka
adalah
simbol yang berupa huruf / angka
====================================================
Legenda adalah
keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh
pembaca.
Komponen Peta : Skala
Skala adalah
angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya
dipermukaan bumi.
Berbagai
macam skala peta, diantaranya sebagai berikut.
1.
Skala pecahan / numeric scale
Skala
pecahan adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak
yang sebenarnya di lapangan. Untuk kenampakan yang sama penulisnya dengan angka
pecahan.
2.
Skala verbal
Skala
Verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak 1 inci di peta sesuai
dengan sejumlah mil di lapangan.
Contoh
: 1 inci = 1 mil
Artinya
: jika jarak pada peta 1 inci, maka jarak di permukaan bumi adalah 1 mil
Keterangan
: 1 mil = 63.360 inci
1
inci = 2.54 cm
3.
Skala grafis/skala garis/skala bar
Skala
grafis adalah skala yang ditunjukkan dengan gari lurus yang dibagi-bagi dalam
bagian yang sama, dimana setiap bagianmenunjukkan kesatuan panjang yang sama
pula.
Skala
garis digambar sebagai berikut :
·
Skala grafis yang
memberikan informasi jarak sebenarnya saja
·
Skala grafis yang
memberikan informasi jarak di peta dan jarak sebenarnya.
Skala garis merupakan skala yang bersifat fleksibel dibanding dengan skala
numerik maupun skala verbal.
·
Jika sebuah peta
diperbesar atau diperkecil menggunakan mesin fotokopi, kamera, scan maka gambar
skala grafis akan mengikuti perubahan itu, berbeda dengan skala numeric atau
verbal jika peta diperbesar atau diperkecil tulisan/gambar skala numeric/verbal
tidak berubah.
Komponen Peta : Inset
Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta) yang
tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam ukuran besar,
dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di
dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta utama.
Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah
yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan
letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di
sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama
terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta
wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian
kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai
kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggap penting.
Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga
menjadi lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta
utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan
juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk
:
·
Menggambarkan wilayah
pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
·
Menggambar wilayah yang
terpencar
Contoh inset sebagai penyambung seperti pada gambar berikut :
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari
daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih
luas.
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar)
dimasukkan dalam inset.
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor
Leste yang lain
Komponen Peta : Inset
Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta) yang
tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam ukuran besar,
dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di
dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta utama.
Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah
yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk
menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain
di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama
terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta
wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian
kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai
kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggap penting.
Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga
menjadi lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta
utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan
juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk
:
·
Menggambarkan wilayah
pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
·
Menggambar wilayah yang
terpencar
Contoh inset sebagai penyambung seperti pada gambar berikut :
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari
daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih
luas.
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar)
dimasukkan dalam inset.
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor
Leste yang lain
Menghitung Skala Peta (1)
Pada sebuah peta di wilayah Asia atau peta-peta lain kita akan sering
menemui ada 2 macam skala yang sering ditampilkan oleh pembuat, yaitu skala
numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang digambarkan?
Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala
tersebut jika peta yang ada mengalami perubahan, misalnya diperbesar/diperkecil
melalui media Scanning dan Fotokopi.
Perbedaan kedua skala tersebut adalah :
1.
Skala numerik
bersifat statis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui
fotokopi maka nilai skala yang tergambar tidak akan berubah. Sebagai contoh :
jika sebuah peta skala numeriknya 1 : 20.000 diperbesar 4 kali dengan
menggunakan mesin fotokopi, maka skala yang baru adalah 1 : 5.000 tetapi
pada peta tersebut masih tergambar 1 : 20.000
2.
Skala garis
bersifat dinamis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui
fotokopi maka skala garis akan mengikuti perubahan pada peta tersebut. Sebagai
contoh : jika sebuah peta diperbesar dengan fotokopi maka gambar skala garis
akan mengikuti perbesaran peta tersebut.
Mengubah skala numerik ke skala garis
Skala numerik dapat kita buat menjadi skala garis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat skala
garis yang mencerminkan jarak 4 km dilapangan maka berapa panjang skala garis
yang akan tergambar?
Jawab :
0004 km
= ——————–
00025.000 cm
000400.000 cm
= ——————-
00025.000 cm
= 16 cm
Jadi skala garis yang tergambar adalah 16 cm.
=====================================================
Mengubah skala garis ke skala numerik
Pada peta yang telah mengalami perubahan ukuran karena telah difotokopi
maka nilai pada skala numerik menjadi salah, maka untuk mengetahui skala
numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus.
sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada
gambar berikut :
Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah diperbesar 2
kali maka panjang skala garisnya menjadi 8 cm. Berapa skala numerik yang baru?
00020 km
= —————
00008 cm
0002.000.000 cm
= ———————–
000 8 cm
= 250.000
Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000
Menghitung Skala Peta (2)
Seorang pengguna peta terkadang akan merasa bahwa peta yang dia gunakan
ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar, dia merasa peta tersebut kurang
ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar atau memperkecil peta
yang dimilikinya itu agar menjadi mudah dia bawa.
Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan media
apapun, maka skalanya juga akan mengalami perubahan. Ada banyak media yang
dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya :
1. Mesin Fotokopi
2. Scanner
3. Pantograf
==================================================
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus
sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta
hasil perbesarannya?
Jawab :
—–1
= ——- x 30.000
-—-4
—–30.000
= ————–
———-4
= 7.500
Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus
sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa
skala baru pada peta yang diperkecil tersebut?
Jawab :
——–4
= ————- X 12.500
——–1
= 4 X 12.500
= 50.000
Jadi skala baru pada peta yangdiperkecil tersebut adalah 1 : 50.000
Menghitung Skala Peta (3)
Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala
Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan
informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal ini tentu saja menyulitkan
pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena skala merupakan
komponen yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan skala para pengguna dapat
menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam suatu peta.
Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala,
dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :
·
Membandingkan jarak 2
obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :
Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk
peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat sempit),
misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi.
Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita
tidak akan mudah melakasanakannya.
Contoh :
Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan
pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4 cm. Sedangkan
pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter.
Berapakah skala peta tersebut?
S = Js : Jp
S = 30 meter : 4 cm
S = 3000 cm : 4 cm
S = 750 cm
Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750
================================================
·
Membandingkan dengan
peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Contoh :
Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak
mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut kemudian
Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada
informasi skalanya. Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2
titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm, sedangkan pada peta
yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka
berapa skala peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut?
P 2 = (J1 : J2) x P 1
P 2 = (5 : 2 ) x 100.000
P 2 = (2,5) x 100.000
P 2 = 250.000
Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut
adalah 1 : 250.000
================================================
·
Jika peta yang tidak
berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan
memperhatikan interval antar kontur (Ci – Contour Interval)
Contoh :
Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar
garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut?
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.000
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (1)
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta Menggunakan Sistem Grid
Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada skala.
Tetapi bagaimana dengan informasi luas wilayah?
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan
area (poligon). Poligon merupakan garis tertutup yang kedua ujungnya
saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini akan membentuk
luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya. Menghitung luas suatu
wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual dengan menggunakan Sistem
Grid.
Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat petak-petak
pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan
panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat
dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa jumlah kotak yang
ada, dengan pedoman :
1. Kotak yang penuh
dihitung satu
2. Jika ada kotak
yang terpotong oleh poligon maka :
·
area yang berada di
dalam lebih luas/sama dengan area yang berada di
luar poligon, dihitung satu kotak
·
area yang berada di
dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak
dihitung.
Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :
Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka
menggunakan rumus berikut :
Contoh Soal :
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) 1 cm
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000,
hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = (6 x 1 cm²) x 2.500.000.000 cm²
L = 6 cm² x 2.500.000.000 cm²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari
1 cm (misal pada soal
berikut : 3cm)
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000,
hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (9 x (3cm x 3 cm)) x (25.000)²
L = (9 x 9 cm²) x 625.000.000 cm²
L = 81 cm² x 625.000.000 cm²
L = 50.625.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari
L = 506.250.000 dm²
L = 5.062.500 m²
L = 50625 dkm²
L = 506,25 hm²
L = 5,0625 km²
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (2)
Menghitung luas wilayah pada peta menggunakan metode balok
Selain menggunakan sistem grid/petak, luas wilayah pada suatu peta dapat
kita ukur (perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip penghitungan
menggunakan model ini mirip dengan sistem grid. Yang membedakan adalah pada
sistem grid kotak yang dibuat semuanya berukuran sama (panjang sisi maupun
luasnya), sedangkan kotak pada metode balok berbentuk persegi
panjang/balok di mana setiap persegi panjang tersebut berbeda ukuran
maupun luasnya.
Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta menjadi beberapa balok
yang berjajar dari atas ke bawah, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Persiapkan peta awal
yang akan dihitung luasnya dengan menggunakan metode balok
·
Bagi area pada peta
menjadi beberapa bagian dengan ketebalan yang sama
·
Buatlah pembatas untuk
menghitung panjang balok.
·
Setiap balok yang telah
dibuat ditandai
·
Prinsip pembatasan
adalah sebagai berikut :
1. Tandai garis peta yang berpotongan dengan garis balok
2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar peta.
Daerah di dalam peta yang tidak penuh digunakan untuk memenuhi daerah di luar
peta.
Kemudian hitung luas balok seluruhnya dengan rumus berikut :
Contoh soal:
1. Soal dengan tebal balok 1 cm
= ((3 + 4 + 4,5 + 5,5 + 4) x 1 ) x (25.000)²
= (21 x 1) x (625.000.000)
= 21 x 625.000.000 cm²
= 13.125.000.000 cm²
kemudian dikonversi ke dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan.
= 131.250.000 dm²
=1.312.500 m²
= 13.125 dkm²
= 131,25 hm² atau 131,25 ha
2. Soal dengan tebal balok lebih dari 1 cm
= ((5 + 8 + 7,5 + 6 + 4) x 2 cm) x (30.000)²
= (30,5 x 2) x (900.000.000 cm²)
= 61 x 900.000.000 cm²
= 54.900.000.000 cm²
= 549.000.000 dm²
= 5.490.000 m²
= 54.900 dkm²
= 549 hm²
= 5,49 km²
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (3)
Luas wilayah pada peta dapat kita hitung dengan menggunakan metode balok
dan grid (kotak). Kedua metode tersebut pada prinsipnya sama, yaitu
memperkirakan luas peta dengan membuat kotak atau balok yang kemudian dihitung
luasnya berdasarkan perbandingan skala. Hasil perhitungan kedua metode tersebut
tidak mutlak benar, hal ini karena ada wilayah pada peta yang menjadi hilang
atau bertambah. Sebagai contoh pada metode kotak jika wilayah pada peta yang
terpotong kotak bujur sangkar daerah yang ada kurang dari separuh maka daerah
itu dihilangkan (dihitung 0 ), sedangkan jika daerahnya tergambar separuh atau
lebih maka akan dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat menyebabkan
luas peta bisa menjadi lebih sempit atau justru lebih luas dari luas
sebenarnya.
Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan balok yang
bersifat manual, maka luas pada peta dapat kita ukur dengan menggunakan alat
bantu pengukur luas peta yang biasa disebut PLANIMETER.
Prinsip kerja planimeter Adalah alat ini bekerja pada daerah/peta yang
berbentuk area atau poligon tertutup. Perhitungan luas di mulai dengan
menentukan titik awal, kemudian menggerakkan alat tersebut searah pada dengan
jarum pada batas poligon sampai kembali ke titik awal, dan setelah itu
dilakukan pembacaan.
Biasanya pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang, perhitungan luas peta
diperoleh dari perhitungan rata-rata.
Beberapa contoh Planimeter seperti pada gambar berikut ini :
MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA
Peta sebagai alat untuk menyampaikan informasi keruangan merupakan media
yang sangat penting bagi para penggunanya, terutama bagi mereka yang bekerja di
luar ruang. Bagi seorang pendaki gunung misalnya, peta merupakan media dapat
digunakan sebagai media untuk pengenalan medan. Dalam kegiatan menggunakan peta
untuk pengenalan medan, maka seorang pendaki gunung akan melakukan dua kegiatan
yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yaitu kegiatan membaca dan menafsir
peta. Pendaki tersebut jika hanya hanya membaca peta tanpa berusaha menafsirkan
informasi yang berada di dalamnya maka peta tersebut tidak akan memberikan
informasi seperti yang diharapkan.
Membaca dan menafsirkan peta pada hakekatnya mempelajari/menganli medan
melalui berbagai simbol-simbol yang ada pada peta. Berdasarkan simbol-simbol
yang telah di analisis maka akan diperoleh kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut
dapat diberikan penafsiran yang berhubungan dengan ubsur-unsur gografis
lainnya.
Beberapa faktor yang dapat dibaca pada peta antara lain sebagai berikut :
1. Kenampakan pokok
Berbagai kenampakan pokok dalam peta dapat kita baca dan tafsirkan dari
simbol-simbol yang terdapat pada peta. Kenampakan pokok pada peta mencakup
kenampakan alam, sosial dan ekonomi. Berbagai kenampakan tersebut terwakili
secara sederhana oleh simbol yang telah dibuat, misalnya :
·
Kota, puncak
gunung, pelabuhan, bandara yang diwakili oleh simbol titik
·
Sungai, jalan,
batas wilayah yang diwakili oleh simbol garis
·
Danau, waduk,
lahan pertanian yang diwakli oleh simbol area
2. Jarak
Suatu kenampakan pokok pada peta dapat kita baca jaraknya dengan
menggunakan informasi skala yang sudah terdapat pada peta. Beberapa hal yang
dapat kita ketahui jaraknya misalnya :
a. Jarak lurus pada obyek antar titik.
Jarak lurus pada obyek antar titik pada peta dapat dapat kita hitung jarak
lurusnya dengan menghubungkan kedua titik tersebut dengan garis khayal.
b. Jarak berkelok pada simbol garis
Jalan, batas dan sungai bukan merupakan garis yang lurus, sehingga untuk
dapat dihitung jarak sebenarnya dapat dengan menggunakan benang .
3. Arah
Untuk menentukan arah di lapangan kita dapat menggunakan alat bantu
misalnya orientasi pada peta dan kompas.
4. Lokasi
Lokasi suatu obyek pada peta dapat kita ketahui dengan beberapa cara antara
lain :
·
Pararel Meridian
·
Jarak dan Jarak
·
Arah dan Jarak
·
Arah dan Arah
5. Ketinggian
Peta menyajikan informasi ketinggian yang dapat kita baca dan tafsirkan
melalui titik-titi triangulasi, titik ketinggian dan garis kontur.
Membaca Peta (1)
Menentukan Arah Pada Peta dan Kondisi Sebenarnya
oleh : Andi Hidayat
Peta merupakan sarana bantu yang kita gunakan untuk mempelajari lokasi
suatu wilayah. Postingan sebelumnyakita dapat mengetahui bahwa pada peta terdapat beberapa informasi yang bisa
kita dapatkan dan kita baca. Salah satu faktor yang dapat kita baca pada peta
adalah ARAH.
Membaca arah pada peta merupakan pekerjaan yang mudah, kita hanya tinggal
memperhatikan komponen wajib pada suatu peta yaitu orientasi/penunjuk arah.
Orientasi/penunjuk arah merupakan komponen peta yang dapat kita amatai dari
bentuknya yang bervariasi, tetapi pada dasarnya sama. Lambang
orientasi/penunjuk arah pada peta umumnya berupa tanda dengan gambar 4 sudut
bintang yang setiap sudutnya menginformasikan arah. Pada umumnya yang tertulis
adalah arah Utara.
Menentukan arah pada peta bukanlah pekerjaan yang sulit, tetapi menentukan
arah pada peta peta kemudian menghubungkan dengan dunia nyata kadang akan
sulit. Kenapa? Karena kadang kala kita akan mengalami posisi “bingung arah” di
tempat-tempat tertentu, terutama tempat-tempat yang baru sekali atau jarang
kita datangi.
Pada saat kita mengalaminya kadang kita sudah merasa benar menghadap ke
arah mana, tetapi ternyata kita malah menghadap ke arah yang salah. Misal kita
menghadap ke timur tetapi perasaan kita menghadap utara dll.
Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Ada banyak cara dapat kita
gunakan untuk menentukan arah di lapangan. Cara-cara ini merupakan cara yang
dapat kita gabung atau cara merupakan media alternatif jika ada kesulitan dalam
menggunakannya, antara lain :
·
Cara yang mudah pertama
kali adalah menggunakan kompas. Pada kompas terdapat jarum dan busur penunjuk
arah yang akan selalu mengarahkan jarum ke arah utara dan selatan, sehingga
dengan alat ini maka kita akan dapat menentukan arah yang lain. Yang menjadi
permasalahan adalah kita tidak selalu menggunakan/membawa kompas, jika kita
tidakmembawa kompas maka bisa menggunakan alam sekitar kita sebagai media untuk
menentukan arah.
·
Melihat posisi
matahari, posisi matahari terbit di daerah tropis menunjukkan arah timur dan
posisi tenggelam menunjukkan arah barat. Melihat posisi matahari hanya bisa
digunakan pada siang hari dan efektif pada waktu pagi dann sore hari. Pada
siang hari kita akan kesulitan menentukan arah karena matahari tepat di atas
kita
·
Milihat bangunan
masjid. Bangunan masjid akan menunjukkan arah timur dan barat, sehingga kita
akan dengan mudah menentukan arah yang lain.
·
Melihat nisan/makam.
Makam-makan Jawa membujur ke arah Utara – Selatan.
·
Pada malam hari kita
dapat melihat ke atas dan mencari rasi bintang yang ada. Sebagai contoh rasi
bintang Pari/crux menunjukkan arah selatan. Selain rasi bintang pari ada juga
rasi bintang Biduk yang menunjukkan arah utara, rasi bintang Orion yang
menunjukkan arah barat dan rasi bintang Scorpio yang menunjukkan arah tenggara
·
Lumut pada batang
pohon. Lumut yang tebal pada batang pohon yang tegak menunjukkan arah matahari
terbit, sedangkan lumut yang lebih tipis menunjukkan arah matahari tenggelam.
Membaca Peta (2)
Penggunaan skala peta untuk menentukan jarak antar obyek.
Oleh : Andi Hidayat
Peta merupakan gambaran bumi atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil
dengan skala tertentu. Bumi yang sangat luas atau wilayah RT/RW di suatu desa
bisa diperkecil wilayahnya dan dipindahkan dalam bidang datar seperti media
kertas atau papan. Pemindahan ke dalam bidang datar ini menggunakan skala.
Skala pada peta adalah perbandingan jarak antara di peta dengan dengan jarak
sebenarnya di lapangan. Secara sederhana dari prinsip skala adalah dengan
membandingkan 2 obyek yang sama baik pada peta maupun pada kondisi sebenarnya.
Jika sebuah peta memiliki skala 1 : 50.000 itu artinya setiap 1 cm di peta
adalah 50.000 cm di lapangan, atau setiap 1 cm di peta sama dengan 0,5 km
sebenarnya. Skala merupakan komponen peta yang wajib disertakan dalam setiap
membuat peta karena dengan membaca skala pada peta maka pengguna dapat
memperkirakan jarak antar wilayah. Seorang wisatawan dapat memperkirakan jarak
antara obyek wisata satu ke obyek wisata yang lain. Begitu pula seorang pecinta
alam yang sedang melakukan pendakian di gunung, dia bisa memperkirakan jarak
antara satu pos ke pos peristirahatan berikutnya.
Dalam memperkirakan jarak sebenarnya antara 2 obyek pada peta, kita dapat
menghitung 2 hal yaitu :
1. Jarak Lurus
Menghitung jarak lurus pada cukup dengan menggunakan penggaris dan hubungkan
ke-2 obyek yang diinginkan. Hasilnya cukup kita kalikan dengan penyebut skala.
Misal pada gambar di atas kita akan menghitung jarak lurus kota Medan –
Padangsidempuan. Jarak kedua kota tersebut di peta propinsi Sumatera Utara
dengan skala 1 : 2.650.000 misalnya sebesar 11 cm. Dari data pengukuran di atas
maka dapat kita hitung jarak antara kota Medan dengan Padangsidempuan adalah :
= 2.650.000 cm X 11 cm
= 29.150.000 cm ======> kemudian kita ubah ke dalam ukuran km
= 2.915.ooo dm
= 291.500 m
= 29.150 dkm
= 2.915 hm
= 291,5 km
Jadi jarak sebenarnya antara kota Medan – Padangsidempuan pada pet tersebut
adalah 291,5 km
2. Jarak tak beraturan
Pada kenyataannya jika kita akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
tidak mengikuti jarak lurus tetapi akan mengikuti jarak yang tak beraturan.
Dari Medan ke Padangsedempuan kita akan menggunakan jalan yang berarti itu
merupakan jarak yang tidak beraturan. Ada banyak obyek permukaan bumi yang
digambarkan dengan simbol garis tidak beraturan misalnya jalan, sungai,
dan batas. Untuk menghitung jarak tidak beraturan ini maka dapat
kita gunakan benang yang lentur untuk mengikuti lekukan garisnya, dari hasilnya
kemudian dapat kita ukur dengan penggaris dan kita hitung jaraknya.
Membaca Peta (3)
Menggunakan selisih derajat garis lintang dan bujur untuk menghitung
jarak dan mencari skala peta.
Oleh : Andi Hidayat
——
Jarak lurus yang kita baca pada peta dapat kita amati secara langsung pada
jarak antar 2 kota obyek, misalnya antara 2 kota. Selain itu kita menghitung
jarak lurus pada peta dengan memanfaatkan garis lintang dan bujur.
Selisihderajat dua garis lintang atau dua garis bujur dapat memberikan
informasi jarak yang ingin kita ketahui.
Bumimemiliki diameter 12.756 km, dan keliling +- 40.000 km. Lingkar bumi
sebesar 3600 garis bujur berarti setiap 10adalah
+- 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta
mewakili jarak sebesar 111 km sebenarnya di permukaan bumi
Sebagian besar peta yang terdapat pada buku/atlas merupakan peta wilayah
yang luas sehingga informasi koordinat lintang dan bujur cukup menggunakan
satuan derajat. Permasalahannya adalah bagaimana menghitung jarak untuk peta
wilayah-wilayah yang sempit seperti peta kecamatan, kabupaten yang menggunakan
koordinat dengan satuan derajat (0) + menit (‘). Untuk peta yang
memuat informasi garis lintang/bujur dalam derajat dan menit ada panduan
sederhana sebagai berikut :
10 = 111 km
10 = 60 ‘ (menit)
1′ = (1/60) x 111 km = 1.85 km
Untuk mengukur jarak dengan menggunakan garis lintang dan bujur adalah :
=Selisih derajat X 111 km
Selain untuk mengetahui jarak, selisih derajat garis lintang/bujur ini
dapat juga kita gunakan untuk menentukan skala peta tersebut, apalagi
seandainya peta tersebut informasi skalanya tidak ada (misalnya : karena
sobek), yaitu dengan menggunakan rumus :
= (Selisih derajat 2 garis lintang/bujur X 111 km)/Jarak antara 2
garis lintang/bujur di peta
Contoh perhitungan jarak dan skala peta menggunakan selisih garis lintang
dan bujur adalah sebagai berikut :
Misal pada peta DKI Jakarta di atas, saya menandai 2 garis lintang di
wilayah DKI bagian utara yaitu 60 10′ LS dan 60
15′ LS dengan jarak di peta 6 cm, maka untuk memperkirakan:
1. Jarak sebenarnya
= selisih derajat X 111 km
= (selisih 60 10′ LS dan 60 15′) X 111 km
= 5′ X 111 km ===> 5′ adalah (5/60)0
= (5/60) X 111 km
= 555/60
= 9,25 km
Jadi jarak pada selisih lintang tersebut adalah 9.25 cm
2. Skala peta
= (selisih derajat X 111 km) / jarak di peta
= ((selisih 60 10′ LS dan 60 15′) X 111
km) / 6 cm
= 9,25 km / 6 cm
= 925000 cm / 6 cm
= 154.166,67 cm
= 154.167 cm
Jadi skala peta tersebut + – sebesar 1 : 154.167
Membaca Peta (4)
Menentukan lokasi dengan menggunakan metode arah dan arah = RESECTION
Oleh : Andi Hidayat
—
Pada saat mendaki gunung kita akan melewati jalur-jalur dengan topografi
yang bervariasi, kadang kita akan melewati lembah, cekungan, tepi jurang,
igir-igir, puncak dan lain-lain. Setelah mencapai suatu tempat tertentu kadang
kita bingung dengan posisi kita, karena posisi kita berdiri di lapangan
belum kita ketahui di peta topografi yang kita bawa. Lalu bagaimana cara kita
mengetahui posisi kita di peta?
Ada cara untuk mengetahui posisi kita di peta dengan memperhatikan posisi
kita di lapangan, yaitu Resection. Resection adalah menentukan kedudukan tempat
kita berdiri di lapangan yang tidak di ketahui di peta , dengan pertolongan dua
titik yang telah dikenali baik di peta maupun di lapangan. Langkah-langkah
melakukan kegiatan Resection adalah sebagai berikut :
·
Persiapkan peta yang
kita bawa, kompas, busur/protactor, pensil dan penggaris atau tali.
·
Beri tanda 2 titik yang
akan kita jadikan panduan
·
Bidik azimuth titik 1
di lapangan (titik panduan lapangan) dengan kompas, tandai titik 1 pada peta
(titik panduan peta)
·
Bidik azimuth titik 2
di lapangan (titik panduanlapangan) dengan kompas, tandai titik 2 pada peta
(titik panduan peta)
·
Buat garis back azimuth
(ke arah kita berdiri) pada peta pada 2 titik panduan di peta, perpotongan
garis dari 2 titik tersebut menunjukkan posisi kita.
Dalam gambaran nyata kurang lebih sebagai berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar